Bosan dengan tampilan windows-xp mu yang itu-itu aja? ada beberapa software yang bisa buat merubah tampilan windows-xp loh.. tentunya gak bosenin.. salah satunya adalah winstep xtreme..
Software ini bisa langsung di pasang, dan software ini juga ringan di pakai. ada beberapa pilihan tema, yang mirip windows 7 juga ada..
berikut screenshoot winstep xtreme
nah.. yang mau nyedot, langsung aja klik icon download berikut.. jangan lupa, passwordnya : ivan-share.. :)
CCleaner adalah softwareuntuk membersihkanPC Windows. Membersihkan data-data yang tidak diperlukan lagi untuk PC, dan bisa meringankan PC. Menghapus entri yang tidak terpakai, juga terdapat unistaller didalamnya. Software ini sangat kecil ukurannya, tapi manfaatnya mantap. Ga usah ragu lagi yack! Download ajha. Berikut screenshootnya :
Software ini TIDAK mengandung Spyware, Adware, atau Virus.
Download Free klik ikon di bawah (Password : ivan-share)
Selain Winstep Xtreme, untuk mempercantik tampilan xp adalah dengan software Crystal XP. Software ini sangat ringan di pakai.. bisa di pasang di windows xp (Windows SP1 belum pernah saya coba), bisa juga di pasang di windows 7.
berikut screenshootnya
Fikih Prioritas, karangan ulama dunia DR Yusuf Al-Qardhawi ini berisi tentang urutan urutan pekerjaan dalam pandangan syari'at, pekerjaan mana yang harus di dahulukan dan mana yang tidak perlu di dahulukan, mana yang lebih penting, dan mana yang tidak terlalu penting. Sangat perlu di baca oleh seluruh umat Islam.
Klik Link berikut untuk Download, Free. Download Fikih Prioritas
Nah.. berikut saya share aplikasi background untuk windows xp (windows 7 ga bisa), melihat namanya udah jelas di gunakan untuk memberi tampilan yang lebih menarik pada background, jadi gak cuman putih.. tapi bisa di kasih gambar sesuai selera. Berikut screenshoot nya:
Aplikasinya bisa di pasang di background flashdisk juga, cara makenya pun mudah, tinggal next-next, klo ada pilihan customize, klik modify bla-bla... ,pilih gambar, OK. Biar hasilnya bisa di liat, klik kanan refresh.
Yang mau nyedot, klik ajha Link download berikut (Password : ivan-share) Download Background Free
Siapa yang gak kenal dengan software photoshine?
Ya, software ini sudah sering kita dengar . Salah satu software yang di gunakan untuk mempercantik tampilan foto, menyediakan berbagai bingkai yang pastinya sip di liat. Berikut tampilan photoshine kalo di buka :
Nah.. Yang mau nyedot langsung ajha klik link download berikut.( Password: ivan-share) DOWNLOAD PHOTOSHINE GRATISS
Ebook berikut ini adalah ebook yang berisi tentang berbagai
masalah makanan haram dan halal. Bagaimana hukumnya tentang suatu makanan yang
kadang kita masih ragu. Pendapat dari berbagai madzab juga terdapat di dalam
ebook ini.. Ebook ini sangat layak dimiliki oleh setiap umat islam.
Silahkan klik ikon berikut ini untuk download Free.
Share ke muslim lainnya yack.. :)
(Password download: ivan-share)
Antivirus Smadav . Siapa yang gk kenal dengan antivirus ini? Antivirus lokal yang sangat terkenal ini memang lumayan bagus untuk temen antivirus lain yang berat. Antivirus ini sangat ringan untuk PC. Ukurannya pun sangat kecil. Berikut saya share antivirus Smadav Pro. Untuk memakai keygen, di bagian nama, isilah dengan sembarang nama..
Yang mau nyedot, langsung klik link download berikut. (Password: ivan-share) Download Smadav 8.9 Pro Download Keygen Smadav Pro
Plants VS Zombies . Mungkin permainan ini udah gak asing di telinga agan yack? Permainan ringan dengan kualitas bagus 3 Dimensi ini memang layak dimiliki untuk sekedar menghibur kalo lagi pusing.. hehe
Nah.. Saya share versi portablenya. Jadi bisa langsung di maenkan tanpa perlu menginstal, bisa dibawa kemana-mana, dan bisa menyimpan otomatis. Berikut screenshootnya..
Yang mau download langsung ajha klik icon berikut ..(Password: ivan-share)
Hampir setiap manusia berharap
memiliki harta yang berlimpah. Apalagi di zaman semua serba uang. Semua
kebutuhan dan keinginan harus diperoleh dengan uang.
Namun, banyak orang lupa, gara-gara
harta, tidak sedikit yang nestapa. Lihatlah di negara-negara berteknologi maju
dan melimpah materi, justru merebak empat penyakit akibat stres: jantung,
kanker, radang sendi, dan pernapasan. Inilah gambaran nestapa peradaban materi.
Harta yang dicari dan dibangga-banggakan ternyata membawa sengsara. Tak bisa
menjamin hidup bahagia.
Agar harta tak sia-sia, kita harus
bijak menggunakannya. Jika tidak, kita sama saja lepas dari mulut buaya, masuk
ke mulut harimau. Miskin menderita, kaya pun sengsara.
Nah, bagaimana seharusnya kita menyikapi harta benda ini?
Orientasi Tauhid
Apa orientasi dasar hidup kita?
Bagaimana kita memandang materi yang kita cari dan kita punyai? Untuk apa semua
harta yang kita miliki?
Banyak orang, tanpa sadar, belum
memiliki orientasi dasar yang benar terhadap harta. Cara pandangnya kabur,
terombang-ambing oleh situasi dan kondisi.
Cara pandang seseorang terhadap
harta menunjukkan lurus tidaknya orientasi hidupnya. Seorang yang menggunakan
segala cara untuk mendapatkan harta menunjukkan orientasi dasarnya adalah
kekayaan. Ia menjadikan harta itu sebagai tujuan tertinggi. Sehingga ia rela
mengorbankan waktu, kejujuran, dan harga diri demi mendapatkan kekayaan.
Bahkan, berdoanya kepada Tuhan pun
tidak ada yang diminta kecuali harta dunia. Nasib di akhirat pun terabaikan.
Inilah yang disyinyalir oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Firman-Nya:
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa, “Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”; dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat.” (Al Baqarah [2]: 200)
Jika itu yang dilakukan, tidak perlu
menunggu di akhirat, di dunia pun pasti akan menuai banyak masalah. Ia telah
menebar energi negatif. Dan siapa yang menebar angin, ia pasti menuai badai.
Niat dan tindakan yang tidak benar akan berbuah pahit. Konflik dengan keluarga
dan kolega, berurusan dengan hukum, sampai ancaman pembunuhan dari mereka yang
merasa dizalimi.
Cara-cara seperti itu jelas tidak
mengundang berkah dan ridha Allah Ta’ala. Mungkin bisa saja ia berkelit dari
jeratan hukum karena kelicinannya. Tapi, tanpa rahmat Allah Ta’ala,
kehidupannya tak akan berkah.
Seorang yang telah bersyahadat mestinya menjadikan tauhid sebagai orientasi
dasar dalam hidupnya dan menjadikan ridha Allah Ta’ala sebagai tujuan hidupnya.
Adapun harta hanya menjadi alat, bukan tujuan. Maka ia akan menggunakan harta
sebesar-besarnya untuk mencapai tujuan mulia itu.
Bernilai Ibadah
Bekerja mencari harta, bila
berorientasi benar, bisa memuliakan kita. Meski bekerja terlihat hanya sebagai
amalan dunia, tapi jika berbingkai tauhid, semuanya menjadi bernilai ibadah.
Di zaman Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam (SAW) , ada anak muda yang kuat dan perkasa. Suatu hari,
pagi-pagi sekali, ia sudah keluar rumah untuk bekerja mencari harta.
Kemudian ada orang yang berkomentar,
“Kasihan sekali orang itu. Andai kata masa mudanya serta kekuatannya digunakan
untuk fi sabilillah, alangkah baiknya.”
Mendengar komentar itu, Rasulullah
SAW pun meluruskannya. Kata beliau, ”Janganlah kamu mengatakan begitu. Sebab
kalau keluarnya orang itu dari rumah untuk bekerja demi mengusahakan kehidupan
anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha fi sabilillah. Jika ia bekerja
untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang lain, itu pun
fi sabilillah. Tetapi bila ia bekerja karena untuk berpamer atau untuk
bermegah-megahan maka itu fi sabilisy syaithan (karena mengikuti jalan setan),”
(Riwayat Thabrani).
Dengan semangat fi sabilillah harta menjadi berkah. Harta akan mendatangkan
kebaikan karena di sana ada rahmat Allah Ta’ala. Kalau ada kelebihan, insya
Allah, bukan untuk kesombongan dan bermegahan, tetapi untuk diberikan kepada
orang lain sebagai zakat, infak, dan sedekah. Harta yang baik adalah harta yang
ada di tangan orang yang baik, yang digunakan untuk beramal shaleh.
Para Sahabat Rasulullah SAW ada juga
yang berharta banyak. Salah seorang di antaranya adalah Abdurrahman bin Auf.
Dia pernah menyedekahkan 700 ekor unta beserta muatannya berupa kebutuhan pokok
dan barang perniagaan kepada kaum Muslim. Ia juga pernah membeli tanah senilai
40 ribu dinar atau setara Rp 55 miliar untuk dibagi-bagikan kepada para istri
Nabi SAW dan fakir miskin. Ia juga pernah menginvestasikan tak kurang 500 ekor
kuda perang dan 1.500 ekor unta untuk jihad fi sabilillah.
Ketika wafat ia pun masih sempat mewasiatkan 50 ribu dinar untuk diberikan
kepada veteran perang Badar. Masing-masing pahlawan mendapat jatah 400 dinar
atau setara Rp 560 juta.
Tidak semestinya kelebihan harta
menghalangi kita untuk meraih ridha Allah Ta’ala. Harta yang dicari dengan
jalan tidak halal jelas hanya akan mempersulit perjalanan menuju Allah Ta’ala.
Harta yang dicari dengan jalan halal tetapi belum digunakan di jalan Allah,
juga masih belum bernilai di sisi-Nya.
Harta yang telah disedekahkan di
jalan Allah Ta’ala, itulah investasi abadi yang akan dilipatgandakan balasannya
oleh Allah Ta’ala. Sementara harta yang tersimpan, saat maut menjemput, pasti
akan kita tinggalkan di dunia ini. Hanya amal yang akan menyertai kita
menghadap Allah Ta’ala kelak.
Rasulullah SAW berdabda, ”Ada tiga
perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya, dan
amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali
adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah
amalnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Zuhud Sejati
Banyak orang kaya yang merasa
seolah-olah menguasai harta, padahal dialah yang dikuasai harta. Orang yang
menjadikan harta sebagai tujuan dan melakukan segala cara untuk mendapatkannya
adalah orang yang telah diperbudak oleh harta dan kesenangan dunia.
Seorang yang punya orientasi dasar
tauhid dan istiqamah dengan prinsipnya, akan memiliki mental yang tercerahkan.
Kaya bukan semata pada harta, tetapi pada hati. Rasa berkecukupanlah yang
membuat orang bisa berdaya memberi dan berbagi.
Sebaliknya, seseorang yang secara
materi kaya, tetapi mentalnya masih berkekurangan dan tamak, tak akan mampu
mengeluarkan hartanya di jalan Allah Ta’ala. Ia malah ingin menyimpan
sebanyak-banyaknya lagi. Mengambil dan mengambil. Orang demikian telah
diperalat oleh hartanya.
Seorang yang bertauhid, hanya
menjadi hamba Allah Ta’ala, bukan hamba selain-Nya. Ia hanya rela dikuasai oleh
Allah Ta’ala, bukan selain-Nya. Orang seperti Abdurrahman bin Auf mampu
memberikan hartanya sampai sekian banyak bukan karena ia kaya raya, tetapi
karena ia mampu menguasai hartanya.
Sehingga, meski kaya raya,
penampilan Abdurrahman bin Auf tetap sederhana. Ia tidak menyombongkan diri.
Pakaiannya sama dengan pakaian pelayannya. Di badannya ada dua puluh bekas luka
perang. Cacat pincang dan giginya yang rontok sehingga berakibat cadel, adalah
tanda jasa di perang itu.
Harta seharusnya hanya menempel di
tangan saja, bukan di pikiran, apalagi di hatinya. Itulah zuhud. Zuhud bukan
karena tidak ada harta tetapi karena idealisme tauhidnya. Orang seperti inilah
yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat sebagaimana doa yang
senantiasa kita panjatkan kepada Allah Ta’ala yang termaktub dalam Al Baqarah
[2]: 201. “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Wallahu a’lam bish-shawab. ***
Suatu
hari, ketika Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para Sahabat, beliau
bersabda, “Hampir-hampir bangsa-bangsa
memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada
di mangkuk”.
Seorang sahabat bertanya, “Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?”
Beliau menjawab, “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat
banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut
rasa takut (musuh) kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian
wahn. “
Seseorang lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apa itu wahn?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.”
Sabda Rasulullah
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud itu membuat heran para sahabat. Pasalnya,
meski jumlah mereka sedikit saat itu, mereka ditakuti musuh dan telah memiliki
pengaruh yang sangat besar. Mereka telah menjadi pengendali, bukan
dikendalikan. Bagaimana mungkin umat yang sedemikian kuat dan mulianya ini
kehilangan kewibawaan, bahkan dijadikan mangsa, sementara jumlah mereka banyak?
Namun, apa yang
dinyatakan Rasulullah SAW itu rasanya telah menjadi kenyataan sekarang ini.
Coba renungkan, ngerei kita pernah dijajah selama 3,5 abad oleh Belanda. Begitu
pula Negara-negara Muslim di belahan bumi lainnya. Bahkan, hingga kini masih
banyak Negara Muslim yang secara politik dan militer dikuasai oleh musuh-musuh
Allah SWT. Di kancah global, kekuatan kaum Muslim belum diperhitungkan.
Padahal, jumlahnya tidak sedikit, satu miliar orang atau seperlima penduduk
dunia.
Sebetulnya,
upaya kaum Muslim untuk bangkit dari keterpurukan bukan tak ada. Hasilnya pun
sudah terasa. Bukankah telah banyak Negara Muslim yang telah meredeka?. Namun,
meski telah berdaulat, faktanya masih banyak Negara Muslim yang menggantungkan
dirinya pada bangsa-bangsa kafir. Padahal mereka di karuniai sumber daya alam
yang melimpah.
Ironis, memang! Terlebih bila
dikaitkan dengan misi utama umat Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Mestinya umat Islam menjadi pengendali peradaban, bukan objek yang dikendalikan.
Lantas apa yang musti kita
lakukan?
Menyikapi Dunia
Virus yang
melumpuhkan umat Islam sekarang ini adalah cinta dunia, sesuai sinyal yang
disampaikan Rasulullah SAW pada masa lalu. Cinta dunia inilah yang membuat jiwa
seorang Muslim melemah. Ia ibarat virus HIV yang menggerogoti kekebalan tubuh.
Dalam sabda yang
lain, Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa virus cinta dunia ini bisa
menyebabkan seseorang menjadi serakah, sebagaimana seekor serigala yang masuk
dalam kandang kambing. Bahkan, ulama pun bisa menjadi jahat (ulama su’) saat
terjangkiti penyakit cinta dunia ini, apalah lagi manusia pada umumnya.
Ketika Hasa
al-Bashri ditanya apa yang paling merusak agama, beliau memberikan jawaban yang
sama dengan Rasulullah SAW : serakah! Anehnya justru keserakahan inilah yang
menjadi spirit ideology materialism dan kapitalisme saat ini.
Secara kejiwaan,
seorang Muslim yang cinta dunia mengalami konflik batin dengan keyakinannya
sendiri yang menempatkan Allah SWT sebagai tujuan tertinggi. Adanya ketidak
selarasan ini membuat dia kehilangan arah. Ia tidak lagi berkomitmen dengan
nilai tauhid yang menjadi ajaran utamanya. Akibatnya, kewibawaan pun dicabut
darinya dan musuh pun tidak takut mempermainkannya.
Allah SWT mengecam orang-orang
yang terjangkit virus al-wahn ini denga firman-Nya :
“Katakanlah,”Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat inggal yang kamu sukai, lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak member
petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Q.S At-Taubah: 24)
Seorang Muslim
yang mengejar dunia mungkin akan mendapatkannya, sebagaimana orang-orang
materialis yang banyak mendapatkannya. Tapi, jika kepentingan dunia itu menjadi
tujuan, ia tak akan pernah menjadi pengendali dunia, melainkan di perbudak oleh
dunia. Bukankan Qarun juga diberikan harta yang banyak? Ia telah ditenggelamkan
oleh Allah SWT karena menukar dirinya dari hamba Allah SWT menjadi hamba dunia.
Seorang Muslim
bukan berarti tak boleh menguasai ekonomi, ilmu pengetahuan, informasi, dan
teknologi. Namun, letakkan semua itu di atas tangan, jangan di dalam hati. Ketika
harta tidak masuk dalam hati, kita akan berkuasa menggunakannya untuk amal
kebaikan. Sedang hati hanya kita gunakan untuk mencari ridha Allah.
Harta bukan
untuk dicintai. Harta dalam Islam hanya akan bernilai baik jika digunakan untuk
kebaikan di jalan Allah SWT. Inilah yang secara indah ditorehkan dalam sejarah
oleh Sahabat Abu Bakar Asshidiq, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Abdurrahman
bin Auf pernah menyedekahkan seluruh kafilah dagangnya sebanyak 700 unta. Utsman
bin Affan berkorban sebanyak sepertiga hartanya. Abu Bakar bahkan menginfakkan
seluruh hartanya di jalan Allah SWT. Mereka kaya raya, tapi mampu menempatkan
dunia ini sebagai sarana berjuang di jalan Allah SWT. Dan, mereka tidak jatuh
miskin karenanya, justru harta mereka kian berkah.
Muslim yang
berpikir seperti itulah yang harus kita siapkan saat ini jika kita ingin
menjadi pengedali dunia. Seorang Muslim hanya menjadi budak Allah SWT saja
(Abdullah dan khalifah fil ardh), bukan budak dunia.
Menyikapi Kematian
Setiap yang bernyawa
pasti mati, dan manusia adalah makhluk benyawa. Karena itu, siap atau tidak,
kematian akan menjemput kita. Tak ada yang bisa mengelak. Kematian adalah
keniscayaan. Karena itu bagi seorang Muslim kematian harus dipersiapkan secara
sadar dan dihadapi dengan baik. Bukan malah dibenci.
Kenapa seorang
membenci kematian? Karena dia terlalu mencintai dunia ini dan takut kehilangan
kesenangan dunia yang tengah dinikmatinya. Kehidupan dunia ini telah melalaikannya
sehingga ia tak sadar harus menyiapkan kehidupan setelah matinya. Ia telah
menghabiskan sumber dayadan waktunya
untuk kehidupan dunia ini. Padahal dunia ini fana.
Hal ini berbeda
dengan seseorang yang tujuan hidupnya mencari ridha Allah SWT. Ia akan
menyiapkan dan memprioritaskan kehidupan akhirat dengan memperbanyak amal
kebaikan. Ia rela bermujahadah dan berkorban harta dan jiwanya demi kehidupan
abadinya. Aset yang dimiliki digunakan sepenuhnya untuk menjemput ridha ilahi.
Orang demikian, insyaAllah telah menyiapkan kehidupan akhirat yang lebih baik
dari dunia ini. Sehingga ia menjadikan kematian bukan sesuatu yang ditakuti,
tetapi sebagai pintu menuju kebahagiaan abadi.
Kematian
bukanlah terputusnya kehidupan dan kesenangan. Tetapi justru terbukanya pintu
bertemu Tuhan. Seorang yang menjadikan Tuhan sebagai tujuan utamanya, saat
kematian akan tersenyum. Sikap demikianlah yang diteladankan oleh generasi
terdahulu. Mereka mulia dalam kehidupannya karena mereka menjadikan
kehidupannya sebagai lahan perjuangan. Bahkan kematian justru merupakan kemuliaan.
‘Isykariman aw mut syahidan’ (hidup mulia atau mati syahid), begitu kata
pepatah.
Mereka yang
menjadikan kehidupan dan kematiannya sebagai jalan kemuliaan akan menjadi
pengendali dunia, bukan menjadi budak dunia. Dunia justru tunduk kepadanya.
Para musuhnya pun akan takut mempermainkan mereka. Dan dengan kewibawaan yang
diberikan Allah SWT jadilah ia pengendali dunia dan pemimpin peradaban rahmatan
lil alamin.
Allah SWT telah menetapkan kita
sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, seyogyanya kita menjadi
penentu, bukan pihak yang ditentukan, karena kita adalah para pengendali, bukan
pihak yang dikendalikan.
Kita semestinya menjadi subyek,
bukan obyek yang selalu menjadi bulan-bulanan, korban, atau sasaran permainan
orang lain.
Namun, sungguh ironis. Di satu sisi
kita telah ditetapkan dan dilantik sebagai khalifah, tapi dalam kenyataannya
kita masih sering menjadi obyek kepentingan pihak-pihak lain.
Pertanyaannya, apakah Allah SWT
salah dalam menunjuk kita sebagai khalifah?
Sesungguhnya Allah SWT takan pernah
salah mengangkat kita sebagai khalifah. Sebab, orang-orang sebelum kita telah
menunjukkan kemampuannya yang luar biasa saat menjadi khalifah. Sebut saja, misalnya para khulafaur rasyidin
dan khalifah Umar bin Abdul Aziz. Mereka menjadi pengendali sekaligus penentu.
Mereka menjadi pemain sekaligus pemenang.
Rahasia Sang
Pengendali
Apa sebenarnya rahasia keberhasilan
mereka? Ternyata, sebelum mereka Berjaya mengendalikan dunia, mereka telah
piawai mengendalikan diri sendiri. Sebelum menundukkan orang lain, mereka telah
mampu menundukkan diri sendiri. Sebelum menguasai pihak lain, mereka telah
menguasai diri sendiri.
Mengendalikan diri sendiri ternyata
menjadi pangkal kesuksesan yang sejati. Allah SWT berfirman :
“Dan adapun
orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
(keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya. (An-Nazi’at:40-41)
Lalu bagaimana dengan kita saat ini? Tampaknya kita masih
lemah untuk urusan yang satu ini. Kita masih belum memiliki kekuatan apa-apa
dikarenakan kita masih lemah menghadapi diri kita sendiri. Kita belum mampu
mengendalikan hawa nafsu yang selama ini masih mendominasi dan menguasai diri
kita. Padahal, kita bisa dengan mudah melepaskan diri dari belenggu
kapitalisme, misalnya.Cukup dengan satu
tindakan saja, yaitu melepaskan belenggu “cinta
dunia”.
Senjata kapitalisme itu ada dua,
menjadikan dunia tampak indah, dan menjadikan manusia tergantung kepadanya. Salah
satu keahlian musuh-musuh Islam adalah mengemas dunia tampak indah di mata
penggemarnya. Minuman keras yang memabukkan dan merusak akal manusia dikemas
sedemikian rupa hingga terlihat indah mempesona. Demikian juga rokok yang
jelas-jelas merusak kesehatan dicitrakan sebagai selera lelaki sejati.
Seks bebas yang jelas-jelas merusak
tatanan social dan kesehatan reproduksi dikemas indah menjadi gaya hidup. Orang
yang setia hanya pada pasangannya dianggap kuno dan “kurang gaul”. Padahal seks
bebas telah melahirkan berbagai penyakit social yang mematikan seperti HIV dan
AIDS.
Keahlian memoles kemungkaran
menjadi kenikmatan merupakan profesi yang paling digemari saat ini. Melalui
ilmu komunikasi marketing, kemudian disuguhkan melalui media, maka jadilah
kejahatan menjadi kemewahan, tontonan menjadi tuntunan, perilaku merusak
menjadi kebiasaan.
Kejahatan yang diulang-ulang
menjadi “lumrah”, lama-lama menjadi “biasa”, berikutnya menjadi kebenaran yang
tak dipermaslahkan. Na’udzubillah.
Karena itu, agar hidup kita tidak
dikendalikan pihak lain, maka kita harus mampu mengendalikan diri sendiri.
Hal-hal penting yang sangat perlu kita kendalikan adalah :
Emosi
Mengelola emosi merupakan hal sangat penting bagi semua
orang. Seseorang yang pandai mengelola emosinya akan terselamatkan dari
berbagai musibah. Sebaliknya orang yang tak pandai mengelola emosinya pasti
akan celaka.
Rasulullah
SAW ketika ditanya seorang sahabat tentang pengertian Islam, Beliau menjawab singkat: “
Laa Taghdob, Jangan marah (bagian penting dari emosi)”.
Bahkan,
dalam sebuah Hadits, Rasulullah SAW Bersabda, “Laa taghdhab walakal jannah
(Jangan marah, kalian akan mendapatkan surge).
Dalam
suatu debat di televise, seorang panelis yang mudah terpancing emosinya akan
dengan mudah dikalahkan oleh lawan bicaranya. Sebaliknya, panelis yang pandai
mengelola emosinya akan sulit dijatuhkan. Bahkan dia akan menjadi pemenang.
Rahasianya adalah orang yang emosional akan mudah dikendalikan.
Waktu
Bagi seorang Muslim, waktu
sangatlah berharga. Waktu yang telah berlalu tak pernah berulang kembali. Remaja
tidak akan pernah menjadi kanak-kanak lagi. Demikian juga orang dewasa takan
pernah menjadi remaja lagi. Apalagi orang tua, tak akan bisa menjadi muda lagi.
Itulah
sebabnya, manajemen waktu merupakan keniscayaan bagi orang yang beriman. Allah
SWT mengingatkan tentang pentingnya waktu hingga Dia bersumpah dengan waktu.
Sebutlah misalnya, wal-ashr (demi
waktu), wadh-dhuha (demi waktu
dhuha), wal-laili (demi waktu malam),
wan-nahari (demi waktu siang), wal-fajr (demi waktu fajr).
Rasulullah
SAW juga bersabda, “Dua karunia yang
sering dilupakan manusia, yaitu kesehatan dan kesempatan (waktu).” (H.R
Bukhari)
Orang
yang cerdas adalah mereka yang pandai menggunakan waktunya sebesar-besarnya
untuk memperoleh ridha Allah SWT melalui ibadah dan amal saleh. Mereka hanya
disibukkan oleh dua kegiatan penting sepanjang hidupnya, yaitu ibadah dan amal
shaleh. Titik. Tak ada waktu untuk hal yang sia-sia, apalagi untuk bermaksiat
kepada Allah SWT.
Prioritas
Adalah aneh jika masih ada seorang Muslim yang bertanya
seperti ini, “Apa yang akan saya kerjakan?”.
Semestinya seorang Muslim tahu
bahwa ia memiliki banyak sekali pekerjaan. Dan, kalau pun ia harus bertanya,
maka bentuk pertanyaan semestinya adalah, “Mana yang paling penting dan paling
mendesak untuk saya kerjakan lebih dulu?”.
Terlalu banyak tugas dan
pekerjaan di depan kita. Dibandingkan dengan ketersediaan waktu dan
ketersediaan sumberdaya, tak mungkin kita bisa mengerjakan semua tugas-tugas
kita. Untuk itu kita harus memilih dan menentukan skala prioritas.
Seorang Muslim seharusnya selalu
menempatkan kepentingan agamanya sebagai prioritas yang paling utama. Dengan
menempatkan agama sebagai prioritas, maka yang lain bisa digeser jika waktu
shalat tiba. Yang lain bisa dikalahkan jika menyangkut kepentingan agama.
Kita harus memilih prioritas,
karena sumber daya kita terbatas. Dalam menentukan prioritas ini, Allah SWT
membimbing kita melalui Firman-Nya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang
mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya
telah menetapkan suatu ketetapan, aka nada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka
sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. ( Al-Ahzab: 36).
4.Kata-kata
Di antara
hal terpenting yang juga harus dapat kita kendalikan adalah memilih kata-kata.
Rasulullah SAW mengingatkan bahwa keselamatan manusia itu terletak pada
lisannya.
Betapa banyak guru yang
kehilangan kehormatan karena kata-katanya jorok, pemimpin kehilangan wibawanya
karena kata-katanya sering menghina dan merendahkan. Demikian juga orang
kebanyakan mendapatkan celaka karena pembicaraanya.
Lidah memang tak bertulang.
Tapi, sebagai pemiliknya kita tetap harus bisa mengendalikannya. Tak boleh
sembarangan bicara, harus kenal waktu, situasi dan kondisinya. Kata-kata kotor,
jorok, menghina, merendahkan, menyakitkan, dan menusuk perasaan, harus
dihindari. Kata pepatah: Mulutmu
Harimaumu!.
Sebaliknya, kita harus pandai
memilih kata yang santun, menghormati dan memuliakan. Lebih jauh lagi, kita
harus pandai memilih kata yang efektif.
Rasulullah SAW dikenal pandai
memilih kata dan kalimat sehingga beliau dikenal sebagai “jawami’ul kalim”
(memilih satu kata yang bisa menjelaskan banyak hal).
Kehidupan pribadi Rasulullah SAW
adalah teladan terbaik bagi umat manusia. Beliatu sukses memimpin umat,
sekaligus sukses memimpin keluarga. Sabda Beliau, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan
aku di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (H.R
Tirmidzi).
Keberhasilan kita memimpin rumah
merupakan modal kepemimpinan kita di luar rumah. Jika kita gagal memimpin
keluarga, jangan banyak berharap dapat sukses memimpin masyarakat yang lebih
luas. Sebelum mampu mengendalikan orang banyak, terlebih dahulu kita harus
mampu mengendalikan diri dan keluarga kita sendiri.